Selasa, 23 Februari 2016

contoh Sistem Produksi Gilda, Putting Out dan Pabrik



Nama                           : Indah Maharani
NIM                            : 07021281419158
Jurusan/Angkatan         : Sosiologi/2014
Mata Kuliah                 : Sosiologi Industri
 
 



Sistem Produksi Gilda, Putting Out dan Pabrik
Sistem Produksi Gilda
Pada prinsipnya pekerja datang ke gilda harus diterima dan biasanya sudah berbekal keterampilan. Gilda dipimpin oleh seorang master yang memiliki keterampilan, modal, alat, dan cenderung mengembangkan barang-barang sekunder. Master mengandalkan hidup dari barang-barang sekunder sehingga master harus membuat barang yang berkualitas dan standar, yang harus dijual sendiri ke pasar, karena itu sifat dasar gilda menjadi lebih tinggi. Setiap jenis gilda membentuk asosiasi induk untuk beberapa tujuan. Suasana dalam gilda masih bersifat kekeluargaan, bahkan kadang-kadang terjadi perkawinan antara anak master dengan karyawan gilda. Dalam perjalanan waktu, gilda menjadi lemah karena beberapa faktor, yaitu terhambatnya monolitas vertikal karyawan penuh untuk menjadi master, kompetisi tidak sehat di antara gilda itu sendiri, sejumlah pemilik gilda menjadi kaya raya, beberapa gilda beralih menjadi pedagang, dan luasnya pasar di luar negeri menjadikan gilda semakin bergantung pada pedagang ekspor.

Ciri-ciri sistem produksi gilda, yaitu:
·         Gilda dipimpin oleh seorang master yang memiliki keterampilan, modal dan alat.
·         Pekerja dalam gilda berbekalkan keterampilan.
·         Pengerjaan gilda dilakukan oleh master dan para pekerjanya di tempat yang telah di sediakan oleh sang master.
·         Suasana dalam gilda masih bersifat kekeluargaan.

Contoh Sistem Produksi Gilda
Salah satu contoh sistem gilda yaitu dimana para pekerja yang berjumlah 10-15 orang bekerja pada seorang master, mereka membuat salah satu alat perangkap ikan air tawar yang bernama “pengilar kawat”. Pembuatan pengilar kawat ini dilakukan di tempat sang master, disana telah disediakan alat dan bahan yang diperlukan untuk merangkai pengilar kawat. Pengilar kawat ini dipasarkan setiap hari oleh sang master dengan harga Rp.30.000; per pengilar kawat. Dalam sehari sang master dapat menjual 100-200 buah pengilar kawat. Pengrajin pengilar kawat yang bekerja pada sang master menerima upah per hari sesuai dengan jumlah/banyaknya pengilar yang dapat mereka buat setiap harinya, dengan rincian Rp.1000; per pengilar kawat yang dapat dirangkai.



















 




















Pembuatan perangkap ikan, “pengilar kawat” di Sungai Pinang, Ogan Ilir (foto: ©2016 Indah Maharani)

Sistem Produksi Putting-out
Pekerja rumahan yang bekerja secara putting out system (POS) dimana para pekerja membawa pekerjaanya ke rumah masing-masing. Selain itu majikan (employer) memberikan fasilitas atau material yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang dipesan. Pada awalnya pekerja harus menyediakan alat dan modal sendiri, tetapi pada perkembangan berikutnya, alat, modal, dan pemasaran ditangani oleh pedagang. Kelemahan sistem produksi putting-out  yaitu  sulitnya mengontrol ketepatan penyelesaian produksi, beragamnya waktu penyelesaian produksi, sukarnya mengontrol (pengawasan), serta sulitnya melakukan pembagian dan penggunaan mesin baru sehingga sulit menekan biaya produksi atau meningkatkan produksi.
Ciri-ciri sistem produksi putting out, yaitu:
·         Para pekerja membawa pekerjaanya ke rumah masing-masing.
·         Majikan (employer) memberikan fasilitas atau material yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang dipesan.
Contoh Sistem Produksi Putting-out
Salah satu contoh sistem produksi putting out yaitu pada proses penyambungan benang yang terbuat dari serat batang pisang, benang ini nantinya digunakan untuk pembuatan kain. Benang ini di datangkan langsung dari Bandung kepada seorang employer (majikan) yang kemudian oleh employer tersebut di serahkan kepada para pekerja atau biasanya pekerja sendiri yang mengambil serat batang pisang kasar yang disediakan oleh employer untuk diolah sampai dihasilkan benang halus yang telah dan disambung secara manual oleh para pekerja dengan menggunakan alat yang disediakan oleh employer. Untuk 1kg benang yang telah diolah pekerja, dihargai sebesar Rp.40.000; oleh employer.









 









Benang dari serat batang pisang, di Sungai Pinang, Ogan Ilir (foto: ©2016 Indah Maharani)







 














Benang dari serat batang pisang, di Sungai Pinang, Ogan Ilir (foto: ©2016 Indah Maharani)


Sistem Produksi Pabrik
Sistem produksi pabrik muncul seiring dengan munculnya industrialisasi. Penemuan mesin-mesin berpresisi tinggi menghasilkan mutu, memudahkan pekerjaan manusia, tidak banyak membutuhkan banyak tenaga manusia dan meningkatkan jumlah produksi. Dengan kehadiran mesin, pekerjaan dipecah menjadi banyak sehingga setiap orang tidak selalu memerlukan keterampilan khusus yang membutuhkan biaya mahal.
Ada beberapa keuntungan bila pekerjaan dibagi dalam banyak bagian, yaitu pekerjaan kecil dan sederhana dapat dikerjakan semua orang, produktivitas setiap pekerja menurut satuan pekerjaannya menjadi meningkat, dan produktivitas akhir setiap pekerja meningkat pesat.
            Pada sistem produksi pabrik seluruh modal, alat dan alat mesin hingga pemasaran sepenuhnya dikuasai oleh pedagang/ pengusaha sehingga pengusaha mempunyai posisi tawar yang sangat kuat. Oleh karena itu, dapat dimengerti bila orientasi pokok pengusaha hanya tertuju pada kapasitas paham bagaimana orang dapat terus memupuk dan meningkatkan investasinya. Hubungan antara karyawan dan pengusaha adalah formal. Untuk menekan ongkos produksi, pengusaha tidak segan-segan mempekerjakan wanita dan anak-anak.


Ciri-ciri sistem produksi pabrik:
  • Pada sistem produksi pabrik seluruh modal, alat dan alat mesin hingga pemasaran sepenuhnya dikuasai oleh pedagang.
  • Produksi menggunakan mesin.
  • Terdapat pembagian kerja untuk para karyawan/pekerja.

Contoh sistem produksi pabrik
Salah satu contoh sistem produksi pabrik yang ada di daerah Sungai Pinang yaitu pada suatu pabrik pembuatan tahu, dimana pabrik ini mempekerjakan para karyawannya untuk melakukan pembuatan tahu, tiap-tiap pekerja mengerjakan pekerjaan yang berbeda, misalnya untuk perendaman dan pencucian kacang kedelai dilakukan oleh pekerja     A, penggilingan dengan mesin dilakukan oleh pekerja B, perebusan oleh pekerja C, penyaringan dan penambahan asam cuka oleh pekerja D, pencetakan oleh pekerja E, dan pemotongan tahu oleh pekerja F dan begitu seterusnya yang terdapat di sistem produksi pabrik.









 












Pabrik pembuatan tahu, di Sungai Pinang, Ogan Ilir (foto: ©2016 Indah Maharani)

Persamaan dan Perbedaan Sistem Produksi Gilda, Putting Out dan Pabrik
Persamaan antara ke tiga sistem produksi tersebut ialah adanya seorang majikan yang memimpin suatu produksi, misalnya pada sistem produksi gilda terdapat seorang master yang mempunyai modal dan alat produksi. Pada sistem produksi putting out dipimpin oleh seorang majikan (employer) yang mempunyai modal dan menyediakan alat untuk para pekerjanya bekerja. Dan pada sistem produksi pabrik terdapat seorang bos atau pengusaha yang memegang modal dan mempekerjakan karyawan di pabriknya.
Perbedaan antara ke tiga sistem produksi tersebut yaitu dapat dilihat dari para pekerjanya, misalnya saja pada sistem produksi gilda, pekerja yang bekerja haruslah memiliki keterampilan khusus dan bekerja bersama-sama masternya. Pada sistem produksi putting out pekerja dapat membawa pekerjaannya kerumah mereka masing-masing sehingga tidak terdapat jam kerja khusus, mereka dapat mengerjakan pekerjaannya kapanpun mereka sempat tanpa diawasi langsung oleh majikannya. Sedangkan pada sistem produksi pabrik, para pekerja bekerja di pabrik dengan adanya batas waktu tertentu atau berdasarkan jam kerja tertentu, mereka mengikuti prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan di pabrik.

1 komentar: