Kamis, 30 Agustus 2018

Kontribusi Perempuan Pedesaan Dalam Eksistensi Usaha Kemplang Ikan di Desa Tebing Gerinting






Kontribusi Perempuan Pedesaan Dalam Eksistensi Usaha Kemplang Ikan
di Desa Tebing Gerinting
Yunindyawati, Indah Maharani, Dadang Hikmah Purnama, Gita Isyana Wulan.
Abstrak
Artikel ini membahas tentang kontribusi perempuan pedesaan dalam eksistensi usaha kemplang ikan. Data yang disajikan merupakan hasil penelitian kualitatif  di desa Tebing Gerinting kecamatan Indralaya Selatan kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Metode  pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam kepada para informan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan berperan dan terlibat dalam seluruh proses pembuatan kemplang ikan, mulai dari pembuatan adonan, pembentukan kemplang, perebusan, proses pengeringan/penjemuran, pemanggangan, pengemasan dan penjualan. Hal ini menegaskan kontribusi perempuan terdapat dalam setiap rangkaian usaha produk kemplang ikan. Kendala yang dihadapi perempuan dalam usaha kemplang ikan adalah kesulitan mencari tenaga kerja yang membantu pembuatan kemplang ikan. Dalam hal modal usaha tidak ada kedala karena bahan dasar pembuatan kemplang ikan disediakan oleh agen yang menjadi pemasok tetap usaha mereka. Agen pemasok ikan berasal dari Palembang sementara agen pemasok tepung tapioka berasal dari Lampung. Pemasaran kemplang ikan dilakukan oleh seluruh anggota keluarga, dijual ke pasar Indralaya dan Tanjung Raja, bahkan sampai ke luar daerah seperti Pendopo, Kayuagung, Komering, Sungai Pinang, Ketapang, Tanjung Enim, Lahat, Prabumulih, Palembang serta sampai ke luar kota seperti Lampung. Selain itu, mereka juga menjual kemplang ikan secara eceran dipinggir jalan. Kontribusi perempuan dalam kegiatan ekonomi produktif ini dapat terus menjaga eksistensi dan mengembangkan usaha kemplang ikan serta dapat meningkatkan ketahanan pangan keluarga perempuan.
Kata Kunci: Kontribusi perempuan, Eksistensi usaha, Kemplang ikan, Pedesaan.

Pendahuluan
Latar Belakang
            Perempuan pedesaan, merupakan sumber daya manusia yang cukup nyata berpartisipasi, khususnya dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan rumah tangga bersama dengan laki-laki. Perempuan di pedesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya mengurusi rumah tangga sehari-hari saja, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi produktif. Keterlibatan perempuan ini antara lain dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tidak tercukupinya kebutuhan ekonomi rumah tangganya. Sebagai ibu rumah tangga biasanya perempuan bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangga, baik menyangkut kesehatan gizi keluarga, pendidikan anak dan pengaturan biaya pendidikan keluarga. Ketika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak tercukupi, maka perempuan yang pertama yang merasakan dampaknya, sehingga dengan keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi produktif setidaknya sebagian kebutuhan keluarga mereka terpenuhi. Dalam hal ini perempuan pedesaan yang berperan aktif dalam seluruh rangkaian kegiatan usaha kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi produktif tersebut dapat menunjang ketahanan pangan keluarganya karena melalui usahanya itu ia turut berkontribusi secara ekonomi terhadap pendapatan keluarga. Selain itu, kontribusi perempuan dalam usaha kemplang ikan ini juga membuat usaha kemplang ikan masih eksis dan dikenal masyarakat sampai saat ini, bukan hanya masyarakat sekitar Desa Tebing Gerinting, bahkan eksistensinya sudah sampai ke luar kota seperti Lampung. Dengan menekuni usaha kemplang ikan ini, perempuan dapat berdaya dan mandiri, serta dapat membantu menambah jumlah pendapatan keluarga.
            Supriadi (2009) dalam Samsinas (2010:208), mengatakan bahwa perempuan dikenal memiliki multitalenta. Kemampuannya berbisnis ternyata tak kalah dibandingkan laki-laki. Dari bisnis yang konon disebut ‘sampingan’ justru mampu meraup pendapatan ratusan juta bahkan miyaran rupiah. Hal senada diungkapkan oleh Isa (2009) bahwa perempuan punya multitalenta, kebiasaannya menggunakan otak kanan justru sangat cocok jika terjun ke dunia bisnis, tak hanya itu perempuan juga memiliki karakter dasar yang justru menjadi faktor kinci dari kesuksesan sebuah bisnis. Karakter kunci tersebut misalnya kesabaran, kecerdasan, kematangan emosi, serta kemampuan komunikasi yang lebih unggul (Samsinas, 2010:208).
            Menurut Lasswell dan Lasswell (1987) dalam Puspitasari (2013:11) kontribusi ekonomi perempuan dalam keluarga akan menghasilkan peningkatan dalam keuangan keluarga, kepemilikan barang mewah, dan standar hidup yang lebih tinggi dengan pencapaian rasa aman yang lebih baik sehingga berdampak pada peningkatan status sosial keluarga. Mengacu pada deklarasi Roma bahwa ketahanan pangan adalah kondisi setiap orang di semua keluarga yang ada memiliki akses fisik dan ekonomi dalam megkonsumsi pangan untuk aktivitas dan kesehatan masing-masing (Rodhiyah, tanpa tahun:19). Melalui usaha kemplang ikan yang ditekuni oleh rata-rata perempuan di Desa Tebing Gerinting, perempuan tak hanya mampu menjaga eksistensi kemplang ikan, tetapi juga mampu meningkatkan ketahanan pangan keluarganya.
            Penelitian serupa mengenai kontribusi perempuan dalam eksistensi kemplang ikan ini telah banyak dilakukan, beberapa diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Puspitawati, dkk (2012) yang berjudul Kontribusi Ekonomi dan Peran Ganda Perempuan Serta Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Subjektif. Dari hasil penelitiannya dapat dilihat bahwa rata-rata kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga adalah sebesar 51,0 persen dan peran ganda berada pada kategori sedang. Kesejahteraan subjektif secara umum termasuk dalam kategori sedang. Lama pendidikan istri dan strategi penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga berhubungan signifikan dan positif dengan kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan subjektif dipengaruhi oleh lama pendidikan istri dan strategi penyeimbangan keluarga dengan pekerjaan.
            Penelitian yang dilakukan oleh Hendriawan dan Anasari (tanpa tahun) dengan judul Eksistensi Home Industry Simping Sebagai Makanan Khas Purwakarta di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa eksistensi home industry simping sebagai makanan khas purwakarta adalah ketersediaan bahan baku dimana seluruh responden menyatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam mendapatkan bahan baku. Selain itu adanya modal yang diberikan pemerintah, adanya tradisi yakni usaha yang dilakukan secara turun temurun sehingga usaha simping ini masih tetap bertahan dan selanjutnya ada varian rasa simping. Faktor yang memperngaruhi home industry simping sebagai makanan khas Purwakata karena kurangnya tenaga kerja, sebanyak 78,95% tenaga kerja home industry simping berasal dari luar daerah Purwakarta, untuk mendapatkan tenaga kerja lokal biasanya pengusaha mengalami kesulitan, selanjutnya teknologi yang masih sederhana dan pemasaran. Untuk pemasaran sebagian besar pengusaha simping lebih memilih menjual hasil produksinya di daerah Purwakarta saja, hal ini dikarenakan mahalnya biaya transportasi.
Penelitian ini akan menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
  1. Bagaimana kontribusi perempuan dalam eksistensi usaha kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting?
  2. Apa faktor-faktor yang mendorong perempuan Desa Tebing Gerinting mengembangkan usaha kemplang ikan?
  3. Seberapa besar sumbangan perempuan dalam meningkatkan ekonomi keluarga serta ketahanan pangan keluarga?

Metodologi Penelitian
            Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang telah diselidiki. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Instrumen utama dalam penelitian ini ialah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen penelitian akan berinteraksi langsung dengan informan. Penelitian ini selain menggunakan instrumen utama juga menggunakan alat bantu seperti buku catatan dan kamera. Lokasi penelitian ini adalah di Desa Tebing Gerinting, Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan pada perempuan pemilik usaha kemplang ikan.
Kerangka Pemikiran
            Peran dan kedudukan merupakan dua aspek penting dalam kedudukan bermasyarakat. Peran merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial, yang akhirnya akan memberikan fasilitas tertentu sesuai dengan peranan tersebut. Peran (role) merupakan aspek dinamis dari status, bilamana seseorang telah melakukan kewajiban sesuai dengan statusnya, maka ia telah berperan. Status sering diakronimkan menjadi kedudukan, yang mengindikasikan posisi seseorang secara sosial di masyarakat. Dengan kata lain kedudukan memberikan seseorang sebuah peran sebagai pola interaksi dalam bersosialisasi (bermasyarakat). Seseorang dinilai telah berperan bilamana telah melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya (Elizabeth, 2008:60).
            Kedudukan seseorang dalam masyarakat selain ditentukan oleh jabatan resminya berdasarkan hukum, ditentukan pula oleh adat, nila-nilai dan norma-norma yang berlaku, serta juga oleh kemampuan dan peranannya dalam masyarakat misalnya: kedudukannya sebagai istri tugas yang melekat dalam dirinya atau peranannya adalah mengatur rumah tangga. Jadi kedudukan seseorang menentukan peranannya. Sebaliknya, peranan yang dilakukan oleh seseorang dapat mempengaruhi dan mengubah kedudukannya dalam masyarakat. Sedangkan peranan dalam pengertian sosiologi adalah perilaku atau tugas yang diharapkan dilaksanakan seseorang berdasarkan kedudukan atau status yang dimilikinya. Dengan perkataan lain peranan ialah pengejawantahan jabatan atau kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia dalam suatu masyarakat atau organisasi.
            Peran sosial adalah peran yang dimainkan seseorang dalam lingkungan sosialnya. Peran ini merupakan tuntutan dari masyarakat terhadap individu untuk memberikan sumbangan sosial dari anggotanya dalam rangka menjaga keutuhan sosial dan meningkatkan kebaikan dalam masyarakat tersebut. Peran sosial bisa berupa aktivitas individu dalam masyarakat dengan cara mengambil bagian dalam kegiatan yang ada di masyarakat dalam berbagai sektor, baik sektor ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Pengambilan peran ini tergantung pada tuntutan masyarakat atau kemampuan individu dalam melihat keadaan masyarakat (Soekanto, 2000:62).
            Elizabeth, (2008:62) menyebutkan bahwa perbedaan status/posisi setiap anggota rumah tangga merupakan pengkajian diferensiasi peranan, berdasarkan perbedaan umur, jenis kelamin, posisi ekonomi, generasi atau kekuasaan. Perbedaan tersebut merupakan analisis struktural, yang sebagian besar disebabkan oleh alasan biologis dan sosial budaya di lingkungan suatu rumah tangga. Pada dasarnya wanita memiliki peranan ganda dalam rumah tangga, yang terimplikasi pada (1) peran kerja sebagai ibu rumah tangga (feminine role), yang meski tidak langsung menghasilkan pendapatan namun secara produktif bekerja mendukung kaum pria (kepala keluarga) untuk mencari penghasilan (uang); dan (2) peran sebagai pencari nafkah (tambahan atau utama). Seperti halnya dengan fenomena perempuan Desa Tebing Gerinting yang menekuni usaha kemplang ikan sebagai sumber pendapatan utama keluarganya.
            Perempuan di desa ini mulai mengerjakan pembuatan kemplang ikan bahkan sejak jam 03:00 WIB hingga 13:00 WIB, begitu banyak waktu perempuan yang tersita karena usahanya ini. Akan tetapi sebagai ibu rumah tangga, mereka tetap bisa membagi waktu untuk keluarganya misalnya untuk memasak makanan untuk anggota keluarganya serta membersihkan rumah di siang hari ketika semua proses pengerjaan kemplang ikan selesai. Dengan perannya sebagai penggiat usaha kemplang ikan, hingga saat ini usaha kemplang ikan masih tetap eksis dan semakin berkembang, kemplang ikan tak hanya dikenal di sekitar Desa Tebing Gerinting saja akan tetapi sudah mampu menembus daerah di luar Desa Tebing Gerinting seperti Tanjung Raja, Pendopo, Kayuagung, Komering, Sungai Pinang, Ketapang, Tanjung Enim, Palembang serta sampai ke luar kota seperti Lampung.


HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
1.      Kontribusi Perempuan Dalam Eksistensi Usaha Kemplang Ikan di Desa Tebing Gerinting
            Desa Tebing Gerinting merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indralaya Selatan dalam Angka tahun 2016, Desa Tebing Gerinting terbagi menjadi dua, yaitu Desa Tebing Gerinting Selatan dan Desa Tebing Gerinting Utara. Luas wilayah Desa Tebing Gerinting Selatan adalah 1.67 Km atau 1,72% dari luas Kecamatan Indralaya Selatan dengan jumlah penduduk sebanyak 1.445 jiwa dengan rincian jumlah penduduk perempuan sebanyak 713 jiwa dan penduduk laki-laki sebanyak 732 jiwa. Sedangkan Desa Tebing Gerinting Utara memiliki luas wilayah 1.84 Km atau 1,89% dari luas Kecamatan Indralaya Selatan dengan jumlah penduduk sebanyak 1.902 jiwa dimana jumlah penduduk perempuan sebanyak 969 jiwa dan penduduk laki-laki 933 jiwa. Jarak desa ke ibukota Kecamatan Indralaya Selatan masing-masing adalah 1 Km dengan menepuh transportasi darat. Penduduk desa tebing gerinting ini 100% memeluk agama islam. Sumber mata pencaharian penduduk sangat beragam mulai dari petani, peternak, berkebun, pedagang, dan sebagian besar penduduk di desa ini terutama penduduk perempuan menekuni usaha kemplang ikan.
            Perempuan Desa Tebing Gerinting pemilik usaha kemplang ikan berperan dan terlibat dalam seluruh proses pembuatan kemplang ikan, mulai dari pembuatan adonan, pembentukan kemplang, perebusan, proses pengeringan/penjemuran, pemanggangan, pengemasan dan penjualan. Ariasyah, dkk (2012) menyatakan bahwa industri rumah tangga di Desa Tebing Gerinting Utara memiliki kesamaan dalam hal proses pembuatan kerupuk kemplang, namun yang membedakan adalah takaran dan bahan tambahan yang digunakan. Proses pembuatan kemplang ikan ini tergolong mudah, namun memerlukan ketekunan, karena memakan waktu yang cukup lama. Adapun proses pembuatan kemplang ikan ini adalah sebagai berikut:
Tabel.1. Kontribusi Perempuan dalam Pembuatan Kemplang Ikan
Kategori Pembuatan Kemplang
Penjelasan
Adonan
Panaskan air sampai mendidih, setelah itu masukkan pewarna makanan (untuk kemplang dengan varian warna). Kemudian tambahkan garam dan penyedap rasa. Lalu siapkan tepung tapioka dan  ikan yang  telah dihaluskan dicampur dengan air mendidih, aduk hingga rata serta tambahkan air dingin secukupnya.
Pembentukan adonan
Adonan diuleni hingga kalis, kemudian dibentuk menjadi lenjeran dengan ukuran panjang ± 50 cm. Lalu adonan yang berbentuk lenjer dipotong menjadi 3-4 cm. Gilis potongan adonan lenjer diatas papan alas dengan menggunakan kayu yang berbentuk tabung atau pipa besi hingga adonan membentuk kepingan kemplang.
Perebusan
Kepingan-kepingan adonan kemplang disusun ke dalam senik kemudian dikukus hingga matang.
Pengeringan/penjemuran
Kemplang yang sudah dikukus kemudian dipindahkan dari senik ke dalam nampan yang terbuat dari rotan atau anyaman bambu untuk dijemur dibawah terik matahari. Proses penjemuran ini memakan waktu ± 5-6 jam, tergantung cuaca.
Pemanggangan
Setelah dijemur, kemplang yang sudah kering siap untuk dipanggang diatas bara api dengan menggunakan alat pemanggangan yang masih tradisional.
Pengemasan
Kemplang mentah dimasukkan kedalam karung-karung dengan berbagai ukuran, misalnya saja karung dengan muatan 4.500 kemplang perkarung untuk dikirim sesuai pesanan pelanggan. Lalu kemplang yang sudah dipanggang dikemas ke dalam plastik bening dengan isi mulai dari 10 keping hingga 50 keping kemplang yang telah dilengkapi saus/cuka kemplang dalam kemsannya.
Pemasaran
Kemplang mentah dijual ke berbagai daerah selain disekitar desa Tebing Gerinting itu sendiri seperti ke Pendopo, Tanjung Raja, Indralaya, Kayuagung, Komering, Sungai Pinang, Ketapang, Tanjung Enim, Palembang serta sampai ke luar kota seperti Lampung. Proses penjualan dilakukan dengan cara mengirim kemplang kepada pelanggan  setelah pelanggan membayar sebagian uang pembelian kemplang. Akan tetapi ada juga pelanggan yang membeli langsung ke tempat produksi.
Untuk kemplang yang telah dipanggang, dijual di pondok-pondok pinggir jalan sebagai oleh-oleh khas Desa Tebing Gerinting dengan kisaran harga mulai dari Rp.10.000 hingga Rp.50.000 perkemasan. Selain itu, kemplang-kemplang ini juga dijual di pasar-pasar tradisional seperti di pasar Indralaya dan pasar Tanjung Raja.
Sumber: Diolah dari hasil wawancara
Gambar.1. Proses Pembuatan Kemplang Ikan Hingga Pemasaran Produk Kemplang Ikan
2.
Faktor-faktor yang Mendorong Perempuan Desa Tebing Gerinting Mengembangkan Usaha Kemplang Ikan
Eksistensi usaha kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti modal, ketersediaan bahan baku, proses produksi dan tempat produksi, serta pendapatan yang menjanjikan dari usaha kemplang.
a. Tidak Memerlukan Modal Usaha yang Banyak
               Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara mendalam dengan para informan, hasil temuan menunjukkan bahwa perempuan di Desa Tebing Gerinting memilih membuka usaha kemplang ikan karena modal yang digunakan dalam pembuatan kemplang adalah sedikit. Modal merupakan suatu faktor utama dalam mengelola kemplang ikan. Rendahnya modal yang digunakan dalam pembuatan kemplang ikan ini sangat mendorong masyarakat Desa Tebing Gerinting untuk mengelola kemplang ikan. Masyarakat bisa menggunakan modal sendiri bukan dari kredit atau pinjaman dari pihak lain seperti rentenir/Bank. Semakin besar modal yang dimiliki oleh pengelola maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh dari usaha kemplang ikan ini. Seperti yang diungkapkan oleh informan R pada 07 September 2017 berikut ini:
               Saya buka usaha ini dengan modal sendiri, tidak berani pinjam modal ke Bank, disini juga tidak ada koperasinya untuk simpan-pinjam uang. Lagian, kalau untuk buka usaha kemplang, dengan modal yang sedikitpun bisa, asal ada kemauan. Karena disini kita dipermudah dengan adanya agen pemasok bahan baku yang memberi kepercayaan kepada para pemilik usaha kemplang ikan untuk berhutang bahan baku kepadanya.
b. Kemudahan Mendapatkan Bahan Baku Dari Agen
             Selain modal yang rendah, ketersediaan bahan dasar pembuatan kemplang juga mudah diperoleh karena di desa ini terdapat agen pemasok tetap usaha mereka. Khususnya untuk bahan dasar seperti tepung tapioka dan ikan. Agen pemasok tepung tapioka berasal dari Lampung sedangkan agen pemasok ikan dari Palembang. Kedua agen pemasok ini memberikan kepercayaan penuh kepada pengelola/pemilik usaha kemplang ikan untuk berhutang bahan baku kepada mereka. Rata-rata pengelola kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting ini mengambil bahan terlebih dahulu kepada agennya, pembayaran bahan baku tersebut dapat dilakukan setelah hasil kemplang ikan sudah terjual. Hal ini selaras dengan keterangan yang diungkapkan oleh seluruh informan bahwa:
                 Untuk tepung tapioka dan ikan (bahan dasar kemplang ikan) ada agen pemasok khusus di desa ini yang menjualnya. Tepung tapioka didatangkan langsung dari Lampung, sedangkan ikan yang dari Palembang. Kami bisa ambil bahan terlebih dahulu pada agen (berhutang), bayarnya bisa nanti, kalau kemplang sudah terjual.
c. Proses Produksi yang Dibantu Oleh Seluruh Anggota Keluarga Serta Beberapa Karyawan
             Selanjutnya mengenai proses produksi kemplang ikan. Proses produksi adalah suatu kegiatan mengolah produk dengan mengorbankan berbagai biaya produksi baik langsung atau tidak langsung, menggunakan bahan mentah atau bahan baku menjadi produk siap diual (Jumingan dalam Balqis: 2013). Salah satu faktor yang mendorong perempuan dalam mengembangkan usaha kemplang ikan ialah karena proses pembuatannya yang tidak memerlukan teknologi yang maju, karena bisa dilakukan dengan teknologi yang sederhana dan tradisional. Tidak memerlukan keterampilan khusus dan pendidikan tinggi, cukup dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh secara turun-temurun atau belajar dari tetangga tanpa adanya kursus, cukup mengetahui resep dan melihat proses pembuatan kemplang secara langsung, pengelola bisa membuat kemplang sendiri.
             Tenaga kerja yang dipekerjakan dalam pembuatan kemplang ikan ini juga tidak banyak, berkisar antara tiga sampai sebelas orang. Yang direkrut menjadi tenaga kerja biasanya tetangga terdekat dengan upah Rp.40.000,- hingga Rp.50.000,- perhari, bahkan tenaga kerja dalam pembuatan kemplang ini kebanyakan berasal dari anggota keluarga pengelola itu sendiri. Dengan demikian tenaga kerja tidak dibayar atau digaji sehingga tidak ada biaya tambahan dalam membayar tenaga kerja. Seperti yang diungkapkan oleh informan I pada kamis, 07 September 2017 berikut ini:
                 Saya belajar bikin kemplang ikan ini dari ibu saya sejak sepuluh tahun lalu, resepnya ya sama saja seperti yang orang-orang biasa bikin, pakai tepung tapioka, ikan, garam, penyedap rasa dan pewarna makanan, kami tidak punya resep khusus. Saya buka usaha kemplang ikan ini juga masih dibantu oleh ibu serta suami saya. Biasanya suami ikut bantu-bantu saat perebusan dan penjemuran kemplang serta pengiriman kemplang kepada konsumen.
Serta keterangan yang diberikan oleh informan R pada 07 September 2017 sebagai berikut:
Saya punya empat orang karyawan yang bantu-bantu disini, mereka bekerja dari jam 03:00 WIB, mulai dari pembuatan adonan kemplang hingga penjemuran, tiap harinya mereka saya bayar masing-masing Rp.50.000.
             Pengelola kemplang ikan ini sebagian besar adalah perempuan yang hanya berpendidikan tamat SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat. Alat yang digunakan dalam proses produksi kemplang ikan ini juga cukup sederhana, seperti baskom untuk mengaduk adonan, pisau untuk memotong adonan yang berbentuk lenjer menjadi, penggilisan berbentuk tabung panjang yang digunakan untuk memipihkan adonan kemplang, papan alas untuk menggilis/membentuk adonan kemplang, kukusan besar untuk mengukus adonan, kompor gas/tungku bata dengan bahan bakar kayu, senik sebagai wadah kemplang mentah untuk dikukus, nampan sebagai wadah untuk menjemur kemplang.
d. Tidak Memerlukan Tempat Usaha yang Luas
             Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, dalam proses pembuatannya kemplang ikan tidak membutuhkan tempat khusus. Pengelola dapat membuat kemplang dirumah sendiri. Biasanya tempat yang digunakan untuk membuat kemplang adalah dapur, samping rumah ataupun di halaman rumah dengan memasang terpal sebagai pelindung agar tidak terkena panas dari sinar matahari ataupun hujan.
e. Pendapatan yang Menjanjikan
             Kemudian yang memotivasi pengelola kemplang ikan ini untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan usahanya karena pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari usaha kemplang ini cukup besar. Apalagi jika mereka sudah banyak jaringan dalam pemasaran hasil kemplang, konsumen yang berasal dari luar daerah dan memesan kemplang dari pengelola biasanya membayar terlebih dahulu baru kemplang akan dibuat/dikirim kepada mereka. Dengan demikian mereka tidak takut rugi karena kasus penipuan oleh konsumen. Penjualan kemplang ikan ini sudah menembus batas kota, selain di pasar-pasar tradisional seperti pasar Indralaya dan pasar Tanjung Raja, penjualannya sudah sampai ke daerah Kayuagung, Pendopo, Sungai Pinang, Komering, Ketapang, Tanjung Enim, Lahat, Prabumulih, Palembang, bahkan telah sampai ke Lampung. Seperti yang diungkapkan oleh informan R, pada 07 September 2017 berikut ini:



Bagan.1. Usaha Kemplang Ikan di Desa Tebing Gerinting
 






















Sumber: Diolah oleh peneliti


2.        Sumbangan Perempuan dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Serta Ketahanan Pangan Rumah Tangga
            Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi produktif usaha kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting ini banyak memberikan sumbangan terutama bagi pendapatan keluarga sehingga dengan terus berjalannya usaha kemplang ikan ini ketahanan pangan keluarga dapat terpenuhi. Selain itu, dengan adanya usaha kemplang ikan ini, maka kesempatan perempuan untuk memiliki usaha sendiri dan mandiri dalam hal pekerjaan semakin besar, bahkan dengan adanya usaha kemplang ini dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Desa Tebing Gerinting, terutama bagi kaum perempuannya. Semakin banyak perempuan yang membuka usaha kemplang ikan maka akan semakin banyak tenaga kerja yang terserap dalam kegiatan usaha kemplang ikan ini. Dengan demikian, keberadaan usaha kemplang ikan dapat mengurangi pengangguran di Desa Tebing Gerinting.
a. Meningkatkan Pendapatan Keluarga
            Usaha kemplang ikan yang dirilis dengan hanya bermodalkan kemauan, ketekunan, keuletan, keterampilan dan dengan sedikit modal dapat memberikan sumbangan penghasilan bagi keluarga. Hasil produksi kemplang ikan yang dijual kepada konsumen akan menghasilkan banyak keuntungan. Misalnya saja dalam satu karung bahan dasar tepung tapioka (50 Kg) dan 5 Kg ikan, mampu meraup keuntungan sebesar Rp.700.000,-  seperti yang diungkapkan oleh informan R pada 07 September 2017 berikut ini:
Dalam sehari saya bisa bikin kira-kira tiga ribu lima ratus keping kemplang ikan dengan bahan dasar satu karung tepung tapioka dan 5 Kg ikan yang telah digiling. Hasil penjualannya bisa mencapai Rp.700.000,-  (tujuh ratus ribu rupiah).
            Pendapatan yang dihasilkan perempuan dari usaha kemplang ikan tersebut turut berkontribusi terhadap pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga menurut Junandar (2004) dalam Astutik (tanpa tahun: 5) adalah pendapatan/pengahasilan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang berasal dari kepala keluarga maupun pendapatan anggota-anggota rumah tangga. Kontribusi perempuan yang cukup besar dalam hal pendapatan ini dapat dialokasikan untuk memenuhi biaya kebutuhan pangan sehari-hari, biaya pendidikan anak, biaya asuransi jiwa anggota keluarga, serta biaya kebutuhan rumah tangga lainnya.
b. Meningkatkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Perempuan
            Ketahanan pangan  rumah tangga sebagaimana hasil rumusan International Congres of Nutrition (ICN) dalam Sasmita (2011) didefinisikan sebagai kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan ma,pu melakukan kegiatan sehari-hari. Ketahanan pangan keluarga dapat dilihat dari ketesediaan pangan, aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan serta pemanfaatan pangan.
1. Ketersediaan pangan
            Dengan adanya usaha kemplang ikan, maka ketersediaan bahan pangan keluarga akan dapat terpenuhi. Karena pendapatan dari usaha kemplang ikan ini dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarganya seperti digunakan untuk membeli beras, lauk pauk, sayuran dan kebutuhan pangan lainnya, dengan demikian ketersediaan pangan keluarga mereka akan tercukupi.
2. Aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan
            Akses rumah tangga terhadap pangan atau dengan kata lain kemudahan rumah tangga dalam mengakses pangan sangat dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga. Dengan meningkatnya pendapatan rumah tangga melalui usaha kemplang ikan yang ditekuni para perempuan di Desa Tebing Gerinting berarti meningkat pula akses rumah tangga terhadap pangan, dimana pada gilirannya akan mencerminkan peningkatan status ketahanan rumah tangga mereka.
3. Pemanfaatan
            Pemanfaatan hasil usaha atau pendapatan yang diperoleh dari usaha kemplang ikan, sebagian dialokasinya perempuan sebagai dana atau biaya yang dapat mereka gunakan dalam memenuhi kebutuhan pangan keluargannya.
c. Terbukanya Lapangan Pekerjaan Baru
            Keberadaan usaha kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting yang semakin hari semakin berkembang dan banyak yang berminat untuk menekuninya, tentu akan memberikan kesempatan baru bagi masyarakat setempat yang sedang tidak mempunyai pekerjaan/pengangguran untuk mempunyai pekerjaan, walaupun hanya menjadi pekerja harian. Akan tetapi, dengan demikian setidaknya usaha kemplang ini mampu menciptakan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat serta telah mampu mengurangi jumlah pengangguran di desa tersebut.
Kesimpulan
Dari beberapa uraian dan analisis yang telah disampaikan sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Perempuan Desa Tebing Gerinting pemilik usaha kemplang ikan berperan dan terlibat dalam seluruh proses pembuatan kemplang ikan, mulai dari pembuatan adonan, pembentukan kemplang, perebusan, proses pengeringan/penjemuran, pemanggangan, pengemasan dan penjualan.
2.      Eksistensi usaha kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting dipengaruhi oleh beberapa faktor yang juga menjadi faktor bagi perempuan dalam mengembangkan usaha kemplang ikan, diantaranya seperti faktor modal, dalam usaha kemplang ikan ini tidak memerlukan modal usaha yang banyak, kemudahan mendapatkan bahan baku dari agen, proses produksi yang dibantu oleh seluruh anggota keluarga dan beberapa karyawan, tidak memerlukan tempat produksi yang khusus, serta pendapatan yang menjanjikan dari usaha kemplang.
3.      Perempuan dapat memberikan sumbangan pendapatan ekonomi keluarga melalui usaha kemplang  yang mereka tekuni. Bahkan tidak hanya itu, penghasilan yang diperoleh perempuan dari usaha kemplang juga dapat menguatkan ketahanan pangan keluarga mereka.
Saran
            Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran demi kemajuan usaha kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Pengelola usaha kemplang ikan perlu memberikan merk dagang dari daerah asal produk agar produk kemplang ikan ini lebih dikenal oleh masyarakat luas, misalnya “Kemplang Ikan khas Tebing Gerinting”.
2.      Selain adanya varian bentuk kemplang, harusnya juga terdapat variasi rasa kemplang agar lebih menarik konsumen, misalnya kemplang ikan rasa  balado, rasa udang, rasa keju, dan lain-lain.
3.      Dalam proses pengeringan kemplang, usahakan tidak menjemur kemplang di lokasi yang tingkat pencemaran udaranya tinggi seperti dipinggir jalan raya yang banyak dilalui kendaraan bermotor. Hal ini disarankan demi menjaga kualitas dan kebersihan produk kemplang ikan.
Daftar Pustaka
Ahdiah, Indah. 2013. Peran-Peran Perempuan Dalam Masyarakat. Jurnal Academia Fisip           Untad. V. (II). 1085-1092. Http://www.untad.ac.id (diakses pada 15 September 2017).
Ariansyah, dkk. 2012. Analisis Kandungan Logam Berat (Pb, Hg, Cu dan As) pada Kerupuk        Kemplang di Desa Tebing Gerinting Utara, Kecamatan Indralaya Selatan,        Kabupaten Ogan Ilir. Fishtech. I. (I). 69-77. Http://www.thi.fp.unsri.ac.id (diakses           pada 15 September 2017).
Astutik, Fajariyah, dan Dewi, Retno Mustika. tanpa tahun. Upaya Peningkatan Pendapatan         Rumah Tangga Melalui Home Industry Gambir (Kerupuk Kertas) di Dusun Dunengendak Desa Tlontoraja Kecamatan Pasean Kabupaten Pamekasan. Surabaya:     Tidak Diterbitkan.
Badan Pusat Statistik. 2017. Indralaya Selatan Dalam Angka 2016. Indralaya Selatan: BPS          (bps.go.id. Diakses pada 12 September 2017)
Balqis, Reni. 2013. Eksistensi Home Indursty Kerupuk Merah Dalam Meningkatkan Ekonomi       Keluarga di Kecamatan Payung Sekaki Menurut Ekonomi Islam. Pekan Baru: tidak       diterbitkan.
Elizabeth, Roosganda. 2008. Peran Ganda Wanita Tani Dalam Mencapai Ketahanan Pangan      Rumah Tangga di Pedesaan. Iptek Tanaman Pangan. III. (I). 59-68.     Http://www.pertanian.go.id (diakses pada 12 September 2017).
Hendriawan, dkk. tanpa tahun. Eksistensi Home Industry Simping Sebagai Makanan Khas            Purwakarta di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta.         http://www.upi.edu. Diakses pada 12 September 2017.
Puspitasari, Novi, dkk. 2013. Peran Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan dan             Kesejahteraan Keluarga Petani Horikultura. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. VI           (I). 10-19. Http://www.portalgaruda.org. (diakses pada 15 September 2017)
Puspitawati, Herien, dkk. 2012. Kontribusi Ekonomi dan Peran Ganda Perempuan Serta Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Subjektif. Jurnal Ilmu Keluarga dan    Konsumen. V. (I). 11-18. Http://www.portalgaruda.org. (diakses pada 15 September   2017)
Samsinas. 2010. Peran Perempuan Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga.            Musawa. II. (II). 205-217. Http://www.portalgaruda.org. (diakses pada 12 September           2017)
Sasmita, Siska. 2011. Peran Perempuan Suku Minangkabau yang Menjadi Kepala Keluarga         (PEKKA) Bagi Penciptaan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Kecamatan Padang        Timur. Humanus. X. (I). Http://www.portalgaruda.org. (diakses pada 15 September 2017)
Siswanto, Victirianus Aries. 2009. Studi Peran Perempuan Dalam Pengembangan Usaha             Kecil Menengah Melalui Teknologi Informasi di Kota Pekalongan. Dinamika             Informatika. I. (I). 70-77. Http://www.portalgaruda.org. (diakses pada 15 September 2017)