Kontribusi
Perempuan Pedesaan Dalam Eksistensi Usaha Kemplang Ikan
di Desa Tebing Gerinting
di Desa Tebing Gerinting
Yunindyawati, Indah Maharani, Dadang Hikmah Purnama,
Gita Isyana Wulan.
Abstrak
Artikel ini
membahas tentang kontribusi perempuan pedesaan dalam eksistensi usaha kemplang
ikan. Data yang disajikan merupakan hasil penelitian kualitatif di desa Tebing Gerinting kecamatan Indralaya
Selatan kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara
mendalam kepada para informan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan
berperan dan terlibat dalam seluruh proses pembuatan kemplang ikan, mulai dari
pembuatan adonan, pembentukan kemplang, perebusan, proses pengeringan/penjemuran,
pemanggangan, pengemasan dan penjualan. Hal ini menegaskan kontribusi perempuan
terdapat dalam setiap rangkaian usaha produk kemplang ikan. Kendala yang
dihadapi perempuan dalam usaha kemplang ikan adalah kesulitan mencari tenaga
kerja yang membantu pembuatan kemplang ikan. Dalam hal modal usaha tidak ada
kedala karena bahan dasar pembuatan kemplang ikan disediakan oleh agen yang
menjadi pemasok tetap usaha mereka. Agen pemasok ikan berasal dari Palembang
sementara agen pemasok tepung tapioka berasal dari Lampung. Pemasaran kemplang
ikan dilakukan oleh seluruh anggota keluarga, dijual ke pasar Indralaya dan
Tanjung Raja, bahkan sampai ke luar daerah seperti Pendopo, Kayuagung,
Komering, Sungai Pinang, Ketapang, Tanjung Enim, Lahat, Prabumulih, Palembang
serta sampai ke luar kota seperti Lampung. Selain itu, mereka juga menjual
kemplang ikan secara eceran dipinggir jalan. Kontribusi perempuan dalam kegiatan ekonomi produktif ini dapat terus
menjaga eksistensi dan mengembangkan usaha kemplang ikan serta dapat
meningkatkan ketahanan pangan keluarga perempuan.
Kata Kunci: Kontribusi perempuan,
Eksistensi usaha, Kemplang ikan, Pedesaan.
Pendahuluan
Latar Belakang
Perempuan pedesaan,
merupakan sumber daya manusia yang cukup nyata berpartisipasi, khususnya dalam
memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan rumah tangga bersama dengan laki-laki.
Perempuan di pedesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya mengurusi rumah
tangga sehari-hari saja, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat dalam
berbagai kegiatan ekonomi produktif. Keterlibatan perempuan ini antara lain
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tidak tercukupinya kebutuhan ekonomi rumah
tangganya. Sebagai ibu rumah tangga biasanya perempuan bertanggung jawab dalam
mengatur rumah tangga, baik menyangkut kesehatan gizi keluarga, pendidikan anak
dan pengaturan biaya pendidikan keluarga. Ketika kebutuhan-kebutuhan tersebut
tidak tercukupi, maka perempuan yang pertama yang merasakan dampaknya, sehingga
dengan keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi produktif setidaknya
sebagian kebutuhan keluarga mereka terpenuhi. Dalam hal ini perempuan pedesaan
yang berperan aktif dalam seluruh rangkaian kegiatan usaha kemplang ikan di Desa
Tebing Gerinting. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi produktif
tersebut dapat menunjang ketahanan pangan keluarganya karena melalui usahanya
itu ia turut berkontribusi secara ekonomi terhadap pendapatan keluarga. Selain
itu, kontribusi perempuan dalam usaha kemplang ikan ini juga membuat usaha
kemplang ikan masih eksis dan dikenal masyarakat sampai saat ini, bukan hanya
masyarakat sekitar Desa Tebing Gerinting, bahkan eksistensinya sudah sampai ke
luar kota seperti Lampung. Dengan menekuni usaha kemplang ikan ini, perempuan
dapat berdaya dan mandiri, serta dapat membantu menambah jumlah pendapatan
keluarga.
Supriadi (2009) dalam
Samsinas (2010:208), mengatakan bahwa perempuan dikenal memiliki multitalenta.
Kemampuannya berbisnis ternyata tak kalah dibandingkan laki-laki. Dari bisnis
yang konon disebut ‘sampingan’ justru mampu meraup pendapatan ratusan juta
bahkan miyaran rupiah. Hal senada diungkapkan oleh Isa (2009) bahwa perempuan
punya multitalenta, kebiasaannya menggunakan otak kanan justru sangat cocok
jika terjun ke dunia bisnis, tak hanya itu perempuan juga memiliki karakter
dasar yang justru menjadi faktor kinci dari kesuksesan sebuah bisnis. Karakter
kunci tersebut misalnya kesabaran, kecerdasan, kematangan emosi, serta
kemampuan komunikasi yang lebih unggul (Samsinas, 2010:208).
Menurut Lasswell dan
Lasswell (1987) dalam Puspitasari (2013:11) kontribusi ekonomi perempuan dalam
keluarga akan menghasilkan peningkatan dalam keuangan keluarga, kepemilikan
barang mewah, dan standar hidup yang lebih tinggi dengan pencapaian rasa aman
yang lebih baik sehingga berdampak pada peningkatan status sosial keluarga. Mengacu
pada deklarasi Roma bahwa ketahanan pangan adalah kondisi setiap orang di semua
keluarga yang ada memiliki akses fisik dan ekonomi dalam megkonsumsi pangan
untuk aktivitas dan kesehatan masing-masing (Rodhiyah, tanpa tahun:19). Melalui
usaha kemplang ikan yang ditekuni oleh rata-rata perempuan di Desa Tebing
Gerinting, perempuan tak hanya mampu menjaga eksistensi kemplang ikan, tetapi
juga mampu meningkatkan ketahanan pangan keluarganya.
Penelitian serupa mengenai
kontribusi perempuan dalam eksistensi kemplang ikan ini telah banyak dilakukan,
beberapa diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Puspitawati, dkk
(2012) yang berjudul Kontribusi Ekonomi dan
Peran Ganda Perempuan Serta Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Subjektif.
Dari hasil penelitiannya dapat dilihat bahwa rata-rata kontribusi ekonomi
perempuan terhadap pendapatan keluarga adalah sebesar 51,0 persen dan peran
ganda berada pada kategori sedang. Kesejahteraan subjektif secara umum termasuk
dalam kategori sedang. Lama pendidikan istri dan strategi penyeimbangan antara
pekerjaan dan keluarga berhubungan signifikan dan positif dengan kesejahteraan
subjektif. Kesejahteraan subjektif dipengaruhi oleh lama pendidikan istri dan
strategi penyeimbangan keluarga dengan pekerjaan.
Penelitian yang
dilakukan oleh Hendriawan dan Anasari (tanpa tahun) dengan judul Eksistensi Home Industry Simping Sebagai
Makanan Khas Purwakarta di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten
Purwakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa eksistensi home industry simping sebagai makanan
khas purwakarta adalah ketersediaan bahan baku dimana seluruh responden
menyatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam mendapatkan bahan baku. Selain itu
adanya modal yang diberikan pemerintah, adanya tradisi yakni usaha yang
dilakukan secara turun temurun sehingga usaha simping ini masih tetap bertahan
dan selanjutnya ada varian rasa simping. Faktor yang memperngaruhi home industry simping sebagai makanan
khas Purwakata karena kurangnya tenaga kerja, sebanyak 78,95% tenaga kerja home industry simping berasal dari luar
daerah Purwakarta, untuk mendapatkan tenaga kerja lokal biasanya pengusaha
mengalami kesulitan, selanjutnya teknologi yang masih sederhana dan pemasaran.
Untuk pemasaran sebagian besar pengusaha simping lebih memilih menjual hasil
produksinya di daerah Purwakarta saja, hal ini dikarenakan mahalnya biaya
transportasi.
Penelitian ini akan menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
- Bagaimana kontribusi perempuan dalam eksistensi usaha kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting?
- Apa faktor-faktor yang mendorong perempuan Desa Tebing Gerinting mengembangkan usaha kemplang ikan?
- Seberapa besar sumbangan perempuan dalam meningkatkan ekonomi keluarga serta ketahanan pangan keluarga?
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang telah diselidiki.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data
melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Instrumen utama dalam
penelitian ini ialah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen penelitian
akan berinteraksi langsung dengan informan. Penelitian ini selain menggunakan
instrumen utama juga menggunakan alat bantu seperti buku catatan dan kamera.
Lokasi penelitian ini adalah di Desa Tebing Gerinting, Kecamatan Indralaya
Selatan Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan pada perempuan pemilik usaha
kemplang ikan.
Kerangka Pemikiran
Peran dan kedudukan
merupakan dua aspek penting dalam kedudukan bermasyarakat. Peran merupakan
perilaku individu yang penting bagi struktur sosial, yang akhirnya akan
memberikan fasilitas tertentu sesuai dengan peranan tersebut. Peran (role) merupakan aspek dinamis dari
status, bilamana seseorang telah melakukan kewajiban sesuai dengan statusnya,
maka ia telah berperan. Status sering diakronimkan menjadi kedudukan, yang
mengindikasikan posisi seseorang secara sosial di masyarakat. Dengan kata lain
kedudukan memberikan seseorang sebuah peran sebagai pola interaksi dalam
bersosialisasi (bermasyarakat). Seseorang dinilai telah berperan bilamana telah
melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya (Elizabeth, 2008:60).
Kedudukan seseorang
dalam masyarakat selain ditentukan oleh jabatan resminya berdasarkan hukum,
ditentukan pula oleh adat, nila-nilai dan norma-norma yang berlaku, serta juga
oleh kemampuan dan peranannya dalam masyarakat misalnya: kedudukannya sebagai
istri tugas yang melekat dalam dirinya atau peranannya adalah mengatur rumah
tangga. Jadi kedudukan seseorang menentukan peranannya. Sebaliknya, peranan
yang dilakukan oleh seseorang dapat mempengaruhi dan mengubah kedudukannya
dalam masyarakat. Sedangkan peranan dalam pengertian sosiologi adalah perilaku
atau tugas yang diharapkan dilaksanakan seseorang berdasarkan kedudukan atau
status yang dimilikinya. Dengan perkataan lain peranan ialah pengejawantahan
jabatan atau kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia dalam
suatu masyarakat atau organisasi.
Peran sosial adalah
peran yang dimainkan seseorang dalam lingkungan sosialnya. Peran ini merupakan
tuntutan dari masyarakat terhadap individu untuk memberikan sumbangan sosial dari
anggotanya dalam rangka menjaga keutuhan sosial dan meningkatkan kebaikan dalam
masyarakat tersebut. Peran sosial bisa berupa aktivitas individu dalam
masyarakat dengan cara mengambil bagian dalam kegiatan yang ada di masyarakat
dalam berbagai sektor, baik sektor ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain.
Pengambilan peran ini tergantung pada tuntutan masyarakat atau kemampuan
individu dalam melihat keadaan masyarakat (Soekanto, 2000:62).
Elizabeth, (2008:62)
menyebutkan bahwa perbedaan status/posisi setiap anggota rumah tangga merupakan
pengkajian diferensiasi peranan, berdasarkan perbedaan umur, jenis kelamin,
posisi ekonomi, generasi atau kekuasaan. Perbedaan tersebut merupakan analisis
struktural, yang sebagian besar disebabkan oleh alasan biologis dan sosial
budaya di lingkungan suatu rumah tangga. Pada dasarnya wanita memiliki peranan
ganda dalam rumah tangga, yang terimplikasi pada (1) peran kerja sebagai ibu
rumah tangga (feminine role), yang meski tidak langsung
menghasilkan pendapatan namun secara produktif bekerja mendukung kaum pria
(kepala keluarga) untuk mencari penghasilan (uang); dan (2) peran sebagai
pencari nafkah (tambahan atau utama). Seperti halnya dengan fenomena perempuan Desa
Tebing Gerinting yang menekuni usaha kemplang ikan sebagai sumber pendapatan
utama keluarganya.
Perempuan di desa ini
mulai mengerjakan pembuatan kemplang ikan bahkan sejak jam 03:00 WIB hingga
13:00 WIB, begitu banyak waktu perempuan yang tersita karena usahanya ini. Akan
tetapi sebagai ibu rumah tangga, mereka tetap bisa membagi waktu untuk
keluarganya misalnya untuk memasak makanan untuk anggota keluarganya serta
membersihkan rumah di siang hari ketika semua proses pengerjaan kemplang ikan
selesai. Dengan perannya sebagai penggiat usaha kemplang ikan, hingga saat ini
usaha kemplang ikan masih tetap eksis dan semakin berkembang, kemplang ikan tak
hanya dikenal di sekitar Desa Tebing Gerinting saja akan tetapi sudah mampu
menembus daerah di luar Desa Tebing Gerinting seperti Tanjung Raja, Pendopo, Kayuagung, Komering, Sungai
Pinang, Ketapang, Tanjung Enim, Palembang serta sampai ke luar kota seperti
Lampung.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
1. Kontribusi Perempuan Dalam Eksistensi Usaha Kemplang Ikan di Desa Tebing
Gerinting
Desa Tebing Gerinting
merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Indralaya Selatan
Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik Indralaya Selatan dalam Angka tahun 2016, Desa Tebing Gerinting
terbagi menjadi dua, yaitu Desa Tebing Gerinting Selatan dan Desa Tebing
Gerinting Utara. Luas wilayah Desa Tebing Gerinting Selatan adalah 1.67 Km atau
1,72% dari luas Kecamatan Indralaya Selatan dengan jumlah penduduk sebanyak
1.445 jiwa dengan rincian jumlah penduduk perempuan sebanyak 713 jiwa dan
penduduk laki-laki sebanyak 732 jiwa. Sedangkan Desa Tebing Gerinting Utara
memiliki luas wilayah 1.84 Km atau 1,89% dari luas Kecamatan Indralaya Selatan
dengan jumlah penduduk sebanyak 1.902 jiwa dimana jumlah penduduk perempuan
sebanyak 969 jiwa dan penduduk laki-laki 933 jiwa. Jarak desa ke ibukota Kecamatan
Indralaya Selatan masing-masing adalah 1 Km dengan menepuh transportasi darat.
Penduduk desa tebing gerinting ini 100% memeluk agama islam. Sumber mata
pencaharian penduduk sangat beragam mulai dari petani, peternak, berkebun, pedagang,
dan sebagian besar penduduk di desa ini terutama penduduk perempuan menekuni
usaha kemplang ikan.
Perempuan Desa Tebing Gerinting pemilik usaha kemplang ikan berperan dan terlibat dalam seluruh proses pembuatan
kemplang ikan, mulai dari pembuatan adonan, pembentukan kemplang, perebusan,
proses pengeringan/penjemuran, pemanggangan, pengemasan dan penjualan. Ariasyah, dkk (2012)
menyatakan bahwa industri rumah tangga di Desa Tebing Gerinting Utara memiliki
kesamaan dalam hal proses pembuatan kerupuk kemplang, namun yang membedakan
adalah takaran dan bahan tambahan yang digunakan. Proses pembuatan kemplang
ikan ini tergolong mudah, namun memerlukan ketekunan, karena memakan waktu yang
cukup lama. Adapun proses pembuatan kemplang ikan ini adalah sebagai berikut:
Tabel.1.
Kontribusi Perempuan dalam Pembuatan Kemplang Ikan
Kategori
Pembuatan Kemplang
|
Penjelasan
|
Adonan
|
Panaskan air sampai mendidih, setelah itu
masukkan pewarna makanan (untuk kemplang dengan varian warna). Kemudian tambahkan
garam dan penyedap rasa. Lalu siapkan tepung tapioka dan ikan yang
telah dihaluskan dicampur dengan air mendidih, aduk hingga rata serta
tambahkan air dingin secukupnya.
|
Pembentukan adonan
|
Adonan diuleni hingga kalis, kemudian dibentuk
menjadi lenjeran dengan ukuran panjang ± 50 cm. Lalu adonan yang berbentuk
lenjer dipotong menjadi 3-4 cm. Gilis potongan adonan lenjer diatas papan
alas dengan menggunakan kayu yang berbentuk tabung atau pipa besi hingga
adonan membentuk kepingan kemplang.
|
Perebusan
|
Kepingan-kepingan adonan kemplang disusun ke
dalam senik kemudian dikukus hingga matang.
|
Pengeringan/penjemuran
|
Kemplang yang sudah dikukus kemudian dipindahkan
dari senik ke dalam nampan yang terbuat dari rotan atau anyaman bambu untuk
dijemur dibawah terik matahari. Proses penjemuran ini memakan waktu ± 5-6
jam, tergantung cuaca.
|
Pemanggangan
|
Setelah dijemur, kemplang yang sudah kering siap
untuk dipanggang diatas bara api dengan menggunakan alat pemanggangan yang
masih tradisional.
|
Pengemasan
|
Kemplang mentah dimasukkan kedalam karung-karung
dengan berbagai ukuran, misalnya saja karung dengan muatan 4.500 kemplang
perkarung untuk dikirim sesuai pesanan pelanggan. Lalu kemplang yang sudah
dipanggang dikemas ke dalam plastik bening dengan isi mulai dari 10 keping
hingga 50 keping kemplang yang telah dilengkapi saus/cuka kemplang dalam
kemsannya.
|
Pemasaran
|
Kemplang mentah dijual ke berbagai daerah selain
disekitar desa Tebing Gerinting itu sendiri seperti ke Pendopo, Tanjung Raja,
Indralaya, Kayuagung, Komering, Sungai Pinang, Ketapang, Tanjung Enim,
Palembang serta sampai ke luar kota seperti Lampung. Proses penjualan
dilakukan dengan cara mengirim kemplang kepada pelanggan setelah pelanggan membayar sebagian uang
pembelian kemplang. Akan tetapi ada juga pelanggan yang membeli langsung ke
tempat produksi.
Untuk kemplang yang telah dipanggang, dijual di
pondok-pondok pinggir jalan sebagai oleh-oleh khas Desa Tebing Gerinting
dengan kisaran harga mulai dari Rp.10.000 hingga Rp.50.000 perkemasan. Selain
itu, kemplang-kemplang ini juga dijual di pasar-pasar tradisional seperti di
pasar Indralaya dan pasar Tanjung Raja.
|
Sumber: Diolah dari hasil wawancara
Gambar.1. Proses Pembuatan Kemplang Ikan Hingga
Pemasaran Produk Kemplang Ikan
2. Faktor-faktor yang Mendorong Perempuan Desa Tebing Gerinting Mengembangkan Usaha Kemplang Ikan
2. Faktor-faktor yang Mendorong Perempuan Desa Tebing Gerinting Mengembangkan Usaha Kemplang Ikan
Eksistensi usaha kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti modal, ketersediaan bahan baku, proses produksi
dan tempat produksi, serta pendapatan yang menjanjikan dari usaha kemplang.
a. Tidak Memerlukan Modal
Usaha yang Banyak
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara
mendalam dengan para informan, hasil temuan menunjukkan bahwa perempuan di Desa
Tebing Gerinting memilih membuka usaha kemplang ikan karena modal yang
digunakan dalam pembuatan kemplang adalah sedikit. Modal merupakan suatu faktor
utama dalam mengelola kemplang ikan. Rendahnya modal yang digunakan dalam
pembuatan kemplang ikan ini sangat mendorong masyarakat Desa Tebing Gerinting
untuk mengelola kemplang ikan. Masyarakat bisa menggunakan modal sendiri bukan
dari kredit atau pinjaman dari pihak lain seperti rentenir/Bank. Semakin besar
modal yang dimiliki oleh pengelola maka semakin besar pula pendapatan yang
diperoleh dari usaha kemplang ikan ini. Seperti yang diungkapkan oleh informan R
pada 07 September 2017 berikut ini:
Saya buka usaha ini
dengan modal sendiri, tidak berani pinjam modal ke Bank, disini juga tidak ada
koperasinya untuk simpan-pinjam uang. Lagian, kalau untuk buka usaha kemplang,
dengan modal yang sedikitpun bisa, asal ada kemauan. Karena disini kita
dipermudah dengan adanya agen pemasok bahan baku yang memberi kepercayaan
kepada para pemilik usaha kemplang ikan untuk berhutang bahan baku kepadanya.
b. Kemudahan Mendapatkan
Bahan Baku Dari Agen
Selain
modal yang rendah, ketersediaan bahan dasar pembuatan kemplang juga mudah
diperoleh karena di desa ini terdapat agen pemasok tetap usaha mereka.
Khususnya untuk bahan dasar seperti tepung tapioka dan ikan. Agen pemasok
tepung tapioka berasal dari Lampung sedangkan agen pemasok ikan dari Palembang.
Kedua agen pemasok ini memberikan kepercayaan penuh kepada pengelola/pemilik
usaha kemplang ikan untuk berhutang bahan baku kepada mereka. Rata-rata
pengelola kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting ini mengambil bahan terlebih
dahulu kepada agennya, pembayaran bahan baku tersebut dapat dilakukan setelah
hasil kemplang ikan sudah terjual. Hal ini selaras dengan keterangan yang
diungkapkan oleh seluruh informan bahwa:
Untuk tepung
tapioka dan ikan (bahan dasar kemplang ikan) ada agen pemasok khusus di desa
ini yang menjualnya. Tepung tapioka didatangkan langsung dari Lampung, sedangkan
ikan yang dari Palembang. Kami bisa ambil bahan terlebih dahulu pada agen (berhutang),
bayarnya bisa nanti, kalau kemplang sudah terjual.
c. Proses
Produksi yang Dibantu Oleh Seluruh Anggota Keluarga Serta Beberapa Karyawan
Selanjutnya
mengenai proses produksi kemplang ikan. Proses produksi adalah suatu kegiatan
mengolah produk dengan mengorbankan berbagai biaya produksi baik langsung atau
tidak langsung, menggunakan bahan mentah atau bahan baku menjadi produk siap
diual (Jumingan dalam Balqis: 2013). Salah satu faktor yang mendorong perempuan
dalam mengembangkan usaha kemplang ikan ialah karena proses pembuatannya yang
tidak memerlukan teknologi yang maju, karena bisa dilakukan dengan teknologi
yang sederhana dan tradisional. Tidak memerlukan keterampilan khusus dan
pendidikan tinggi, cukup dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
secara turun-temurun atau belajar dari tetangga tanpa adanya kursus, cukup
mengetahui resep dan melihat proses pembuatan kemplang secara langsung,
pengelola bisa membuat kemplang sendiri.
Tenaga
kerja yang dipekerjakan dalam pembuatan kemplang ikan ini juga tidak banyak,
berkisar antara tiga sampai sebelas orang. Yang direkrut menjadi tenaga kerja
biasanya tetangga terdekat dengan upah Rp.40.000,- hingga Rp.50.000,- perhari,
bahkan tenaga kerja dalam pembuatan kemplang ini kebanyakan berasal dari anggota
keluarga pengelola itu sendiri. Dengan demikian tenaga kerja tidak dibayar atau
digaji sehingga tidak ada biaya tambahan dalam membayar tenaga kerja. Seperti
yang diungkapkan oleh informan I pada kamis, 07 September 2017 berikut ini:
Saya belajar bikin
kemplang ikan ini dari ibu saya sejak sepuluh tahun lalu, resepnya ya sama saja
seperti yang orang-orang biasa bikin, pakai tepung tapioka, ikan, garam,
penyedap rasa dan pewarna makanan, kami tidak punya resep khusus. Saya buka
usaha kemplang ikan ini juga masih dibantu oleh ibu serta suami saya. Biasanya
suami ikut bantu-bantu saat perebusan dan penjemuran kemplang serta pengiriman
kemplang kepada konsumen.
Serta keterangan yang diberikan oleh informan R
pada 07 September 2017 sebagai berikut:
Saya punya
empat orang karyawan yang bantu-bantu disini, mereka bekerja dari jam 03:00
WIB, mulai dari pembuatan adonan kemplang hingga penjemuran, tiap harinya
mereka saya bayar masing-masing Rp.50.000.
Pengelola
kemplang ikan ini sebagian besar adalah perempuan yang hanya berpendidikan
tamat SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat. Alat yang digunakan dalam
proses produksi kemplang ikan ini juga cukup sederhana, seperti baskom untuk
mengaduk adonan, pisau untuk memotong adonan yang berbentuk lenjer menjadi,
penggilisan berbentuk tabung panjang yang digunakan untuk memipihkan adonan
kemplang, papan alas untuk menggilis/membentuk adonan kemplang, kukusan besar
untuk mengukus adonan, kompor gas/tungku bata dengan bahan bakar kayu, senik
sebagai wadah kemplang mentah untuk dikukus, nampan sebagai wadah untuk
menjemur kemplang.
d. Tidak Memerlukan Tempat
Usaha yang Luas
Berdasarkan
hasil pengamatan dilapangan, dalam proses pembuatannya kemplang ikan tidak
membutuhkan tempat khusus. Pengelola dapat membuat kemplang dirumah sendiri.
Biasanya tempat yang digunakan untuk membuat kemplang adalah dapur, samping
rumah ataupun di halaman rumah dengan memasang terpal sebagai pelindung agar
tidak terkena panas dari sinar matahari ataupun hujan.
e. Pendapatan yang Menjanjikan
Kemudian
yang memotivasi pengelola kemplang ikan ini untuk tetap mempertahankan dan
mengembangkan usahanya karena pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari
usaha kemplang ini cukup besar. Apalagi jika mereka sudah banyak jaringan dalam
pemasaran hasil kemplang, konsumen yang berasal dari luar daerah dan memesan
kemplang dari pengelola biasanya membayar terlebih dahulu baru kemplang akan
dibuat/dikirim kepada mereka. Dengan demikian mereka tidak takut rugi karena
kasus penipuan oleh konsumen. Penjualan kemplang ikan ini sudah menembus batas
kota, selain di pasar-pasar tradisional seperti pasar Indralaya dan pasar Tanjung
Raja, penjualannya sudah sampai ke daerah Kayuagung, Pendopo, Sungai Pinang,
Komering, Ketapang, Tanjung Enim, Lahat, Prabumulih, Palembang, bahkan telah
sampai ke Lampung. Seperti yang diungkapkan oleh informan R, pada 07 September
2017 berikut ini:
Bagan.1. Usaha Kemplang
Ikan di Desa Tebing Gerinting
Sumber: Diolah oleh peneliti
2.
Sumbangan Perempuan dalam
Meningkatkan Ekonomi Keluarga Serta Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Keterlibatan perempuan
dalam kegiatan ekonomi produktif usaha kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting ini
banyak memberikan sumbangan terutama bagi pendapatan keluarga sehingga dengan terus
berjalannya usaha kemplang ikan ini ketahanan pangan keluarga dapat terpenuhi.
Selain itu, dengan adanya usaha kemplang ikan ini, maka kesempatan perempuan
untuk memiliki usaha sendiri dan mandiri dalam hal pekerjaan semakin besar,
bahkan dengan adanya usaha kemplang ini dapat membuka lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat Desa Tebing Gerinting, terutama bagi kaum perempuannya. Semakin
banyak perempuan yang membuka usaha kemplang ikan maka akan semakin banyak
tenaga kerja yang terserap dalam kegiatan usaha kemplang ikan ini. Dengan
demikian, keberadaan usaha kemplang ikan dapat mengurangi pengangguran di Desa
Tebing Gerinting.
a. Meningkatkan
Pendapatan Keluarga
Usaha kemplang ikan
yang dirilis dengan hanya bermodalkan kemauan, ketekunan, keuletan, keterampilan
dan dengan sedikit modal dapat memberikan sumbangan penghasilan bagi keluarga.
Hasil produksi kemplang ikan yang dijual kepada konsumen akan menghasilkan
banyak keuntungan. Misalnya saja dalam satu karung bahan dasar tepung tapioka (50
Kg) dan 5 Kg ikan, mampu meraup keuntungan sebesar Rp.700.000,- seperti yang diungkapkan oleh informan R pada
07 September 2017 berikut ini:
Dalam
sehari saya bisa bikin kira-kira tiga ribu lima ratus keping kemplang ikan
dengan bahan dasar satu karung tepung tapioka dan 5 Kg ikan yang telah
digiling. Hasil penjualannya bisa mencapai Rp.700.000,- (tujuh ratus ribu rupiah).
Pendapatan yang
dihasilkan perempuan dari usaha kemplang ikan tersebut turut berkontribusi
terhadap pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga menurut Junandar
(2004) dalam Astutik (tanpa tahun: 5) adalah pendapatan/pengahasilan yang
diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang berasal dari kepala keluarga
maupun pendapatan anggota-anggota rumah tangga. Kontribusi perempuan yang cukup
besar dalam hal pendapatan ini dapat dialokasikan untuk memenuhi biaya
kebutuhan pangan sehari-hari, biaya pendidikan anak, biaya asuransi jiwa
anggota keluarga, serta biaya kebutuhan rumah tangga lainnya.
b. Meningkatkan Ketahanan
Pangan Rumah Tangga Perempuan
Ketahanan pangan rumah tangga sebagaimana hasil rumusan International Congres of Nutrition (ICN)
dalam Sasmita (2011) didefinisikan sebagai kemampuan rumah tangga untuk
memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat
dan ma,pu melakukan kegiatan sehari-hari. Ketahanan pangan keluarga dapat
dilihat dari ketesediaan pangan, aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan
serta pemanfaatan pangan.
1. Ketersediaan pangan
Dengan adanya usaha
kemplang ikan, maka ketersediaan bahan pangan keluarga akan dapat terpenuhi.
Karena pendapatan dari usaha kemplang ikan ini dapat digunakan dalam memenuhi
kebutuhan pangan keluarganya seperti digunakan untuk membeli beras, lauk pauk,
sayuran dan kebutuhan pangan lainnya, dengan demikian ketersediaan pangan
keluarga mereka akan tercukupi.
2. Aksesibilitas/keterjangkauan
terhadap pangan
Akses rumah tangga
terhadap pangan atau dengan kata lain kemudahan rumah tangga dalam mengakses
pangan sangat dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga. Dengan meningkatnya
pendapatan rumah tangga melalui usaha kemplang ikan yang ditekuni para
perempuan di Desa Tebing Gerinting berarti meningkat pula akses rumah tangga
terhadap pangan, dimana pada gilirannya akan mencerminkan peningkatan status
ketahanan rumah tangga mereka.
3. Pemanfaatan
Pemanfaatan hasil usaha
atau pendapatan yang diperoleh dari usaha kemplang ikan, sebagian dialokasinya
perempuan sebagai dana atau biaya yang dapat mereka gunakan dalam memenuhi
kebutuhan pangan keluargannya.
c. Terbukanya Lapangan
Pekerjaan Baru
Keberadaan usaha
kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting yang semakin hari semakin berkembang dan
banyak yang berminat untuk menekuninya, tentu akan memberikan kesempatan baru
bagi masyarakat setempat yang sedang tidak mempunyai pekerjaan/pengangguran
untuk mempunyai pekerjaan, walaupun hanya menjadi pekerja harian. Akan tetapi,
dengan demikian setidaknya usaha kemplang ini mampu menciptakan pekerjaan baru
bagi masyarakat setempat serta telah mampu mengurangi jumlah pengangguran di desa
tersebut.
Kesimpulan
Dari beberapa uraian dan analisis yang telah disampaikan sebelumnya,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Perempuan Desa Tebing Gerinting pemilik
usaha kemplang ikan berperan dan
terlibat dalam seluruh proses pembuatan kemplang ikan, mulai dari pembuatan
adonan, pembentukan kemplang, perebusan, proses pengeringan/penjemuran,
pemanggangan, pengemasan dan penjualan.
2.
Eksistensi usaha kemplang ikan di Desa Tebing Gerinting dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang juga menjadi faktor bagi perempuan dalam mengembangkan
usaha kemplang ikan, diantaranya seperti faktor modal, dalam usaha kemplang
ikan ini tidak memerlukan modal usaha yang banyak, kemudahan mendapatkan bahan
baku dari agen, proses produksi yang dibantu oleh seluruh anggota keluarga dan
beberapa karyawan, tidak memerlukan tempat produksi yang khusus, serta
pendapatan yang menjanjikan dari usaha kemplang.
3.
Perempuan dapat memberikan sumbangan pendapatan ekonomi keluarga melalui
usaha kemplang yang mereka tekuni.
Bahkan tidak hanya itu, penghasilan yang diperoleh perempuan dari usaha
kemplang juga dapat menguatkan ketahanan pangan keluarga mereka.
Saran
Berdasarkan kesimpulan
diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran demi kemajuan usaha kemplang
ikan di Desa Tebing Gerinting. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Pengelola usaha kemplang ikan perlu memberikan merk dagang dari daerah
asal produk agar produk kemplang ikan ini lebih dikenal oleh masyarakat luas,
misalnya “Kemplang Ikan khas Tebing Gerinting”.
2.
Selain adanya varian bentuk kemplang, harusnya juga terdapat variasi
rasa kemplang agar lebih menarik konsumen, misalnya kemplang ikan rasa balado, rasa udang, rasa keju, dan lain-lain.
3.
Dalam proses pengeringan kemplang, usahakan tidak menjemur kemplang di
lokasi yang tingkat pencemaran udaranya tinggi seperti dipinggir jalan raya
yang banyak dilalui kendaraan bermotor. Hal ini disarankan demi menjaga
kualitas dan kebersihan produk kemplang ikan.
Daftar Pustaka
Ahdiah,
Indah. 2013. Peran-Peran Perempuan Dalam Masyarakat.
Jurnal Academia Fisip Untad. V.
(II). 1085-1092. Http://www.untad.ac.id (diakses pada 15 September 2017).
Ariansyah, dkk.
2012. Analisis Kandungan Logam Berat (Pb,
Hg, Cu dan As) pada Kerupuk Kemplang
di Desa Tebing Gerinting Utara, Kecamatan Indralaya Selatan, Kabupaten Ogan Ilir. Fishtech. I.
(I). 69-77. Http://www.thi.fp.unsri.ac.id (diakses pada 15 September 2017).
Astutik,
Fajariyah, dan Dewi, Retno Mustika. tanpa tahun. Upaya Peningkatan Pendapatan Rumah
Tangga Melalui Home Industry Gambir (Kerupuk Kertas) di Dusun Dunengendak Desa Tlontoraja Kecamatan Pasean
Kabupaten Pamekasan. Surabaya: Tidak
Diterbitkan.
Badan Pusat
Statistik. 2017. Indralaya Selatan Dalam
Angka 2016. Indralaya Selatan: BPS (bps.go.id.
Diakses pada 12 September 2017)
Balqis, Reni.
2013. Eksistensi Home Indursty Kerupuk
Merah Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga
di Kecamatan Payung Sekaki Menurut Ekonomi Islam. Pekan Baru: tidak diterbitkan.
Elizabeth,
Roosganda. 2008. Peran Ganda Wanita Tani
Dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah
Tangga di Pedesaan. Iptek Tanaman Pangan. III. (I). 59-68. Http://www.pertanian.go.id (diakses pada 12 September 2017).
Hendriawan, dkk.
tanpa tahun. Eksistensi Home Industry
Simping Sebagai Makanan Khas Purwakarta
di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. http://www.upi.edu. Diakses pada 12
September 2017.
Puspitasari,
Novi, dkk. 2013. Peran Gender, Kontribusi
Ekonomi Perempuan dan Kesejahteraan
Keluarga Petani Horikultura. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. VI (I). 10-19. Http://www.portalgaruda.org.
(diakses pada 15 September 2017)
Puspitawati,
Herien, dkk. 2012. Kontribusi Ekonomi dan
Peran Ganda Perempuan Serta Pengaruhnya
Terhadap Kesejahteraan Subjektif. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. V. (I). 11-18. Http://www.portalgaruda.org.
(diakses pada 15 September 2017)
Samsinas.
2010. Peran Perempuan Dalam Upaya
Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga. Musawa.
II. (II). 205-217. Http://www.portalgaruda.org. (diakses pada 12 September 2017)
Sasmita,
Siska. 2011. Peran Perempuan Suku
Minangkabau yang Menjadi Kepala Keluarga (PEKKA)
Bagi Penciptaan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Kecamatan Padang Timur. Humanus. X. (I). Http://www.portalgaruda.org.
(diakses pada 15 September 2017)
Siswanto,
Victirianus Aries. 2009. Studi Peran
Perempuan Dalam Pengembangan Usaha Kecil
Menengah Melalui Teknologi Informasi di Kota Pekalongan. Dinamika Informatika. I. (I). 70-77. Http://www.portalgaruda.org.
(diakses pada 15 September 2017)